Mengenal Berbagai Macam Kelainan Sperma
Sabtu, 28 Maret 2020
Mengenal Berbagai Macam Kelainan Sperma
Sekitar 13 dari 100 pasangan kesulitan untuk memiliki anak meskipun sudah berhubungan seksual secara rutin. Salah satu penyebabnya adalah kelainan sperma. Kelainan ini bisa terletak pada jumlah, bentuk, ataupun kemampuan gerak sel-sel sperma.
Sel sperma dihasilkan di testis atau buah zakar. Produksi sel sperma dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kadar hormon testosteron dan temperatur buah zakar. Saat pria ejakulasi, berjuta-juta sel sperma akan dikeluarkan melalui penis bersama cairan yang disebut semen atau air mani.
Sel-sel sperma ini kemudian akan bergerak di dalam rahim menuju ke tuba fallopi atau saluran telur wanita, di mana sel sperma dapat membuahi sel telur dan menyebabkan kehamilan. Bila terdapat kelainan pada jumlah, bentuk, atau kemampuan gerak sperma, pembuahan sel telur akan lebih sulit terjadi.
Untuk memastikan kondisi sel-sel sperma, dokter akan menyarankan analisis semen atau pemeriksaan sperma. Pada pemeriksaan ini, air mani yang diejakulasikan saat masturbasi akan ditampung di sebuah wadah steril dan diperiksa di laboratorium untuk menemukan ada tidaknya kelainan sperma.
Kelainan Sperma dari Segi Jumlah
Sedikitnya jumlah sperma menyebabkan peluang terjadinya pembuahan menurun. Hal ini karena tidak semua sel sperma yang berhasil masuk ke dalam rahim akan berhasil melewati tuba fallopi dan membuahi sel telur.
Seorang pria dikatakan mengalami oligozoospermia bila jumlah sel sperma yang dikeluarkannya saat ejakulasi kurang dari 15 juta sel per mililiter air mani, dan dikatakan azoospermia bila air maninya tidak memiliki sperma sama sekali.
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan oligozoospermia atau azoospermia adalah:
- Gangguan hormonal, misalnya kadar hormon testosteron yang rendah
- Riwayat testis tidak turun ke kantung zakar (kriptorkismus) saat masih kanak-kanak
- Pelebaran pembuluh darah vena di dalam kantung zakar (varikokel)
- Infeksi pada testis atau struktur di sekitarnya akibat bakteri, seperti chlamydia dan gonorrhea; atau infeksi akibat virus, seperti gondongan
- Sumbatan atau kerusakan pada saluran epididimis dan vas deferens yang berfungsi mengantar sperma keluar dari testis
- Kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol secara berlebihan, atau menggunakan obat-obatan terlarang
- Berat badan berlebih (overweight) atau obesitas
- Penggunaan obat-obatan antibiotik dan kortikosteroid tertentu
- Riwayat kemoterapi atau radioterapi
Kelainan Sperma dari Segi Kemampuan Geraknya
Sperma yang dapat bergerak di dalam rahim dan mencapai tuba fallopi adalah sperma yang memiliki motilitas atau kemampuan bergerak yang baik. Sebaliknya, sperma yang memiliki motilitas buruk bergerak dengan lambat, berputar-putar, atau bahkan tidak bergerak sama sekali.
Sperma dikatakan motil (aktif bergerak) bila mampu bergerak maju, paling tidak 25 mikrometer setiap detiknya.
Bila seorang pria memiliki jumlah sperma dengan motilitas normal kurang dari 40% total sperma yang dikeluarkannya, maka pria tersebut dikatakan mengalami asthenozoospermia. Semakin sedikit persentase sperma yang motil, semakin kecil pula peluang terjadinya pembuahan.
Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko seorang pria mengalami asthenozoospermia adalah:
Faktor genetik atau keturunan
- Kebiasaan merokok, terutama bila menghisap lebih dari 10 batang rokok per hari
- Varikokel, yaitu pelebaran pembuluh vena dalam kantung zakar
- Kelainan pada kelenjar reproduksi pria, misalnya kelenjar vesikula seminalis yang menghasilkan air mani
Kelainan Sperma dari Segi Bentuknya
Sel sperma yang normal memiliki bagian kepala yang berbentuk oval dan bagian ekor yang panjang. Bentuk kepala sel sperma akan sangat memengaruhi kemampuan sperma tersebut menembus sel telur dan melakukan pembuahan. Bagian ekor sperma juga penting untuk menentukan kemampuan gerak sperma.
Bila bentuk sel sperma tidak normal, peluang terjadinya pembuahan akan menurun. Seseorang pria dikatakan mengalami teratozoospermia bila jumlah sperma yang bentuknya normal kurang dari 14% total sperma yang dihasilkannya. Semakin kecil angka tersebut, semakin rendah pula tingkat kesuburan seorang pria.
Beberapa hal yang bisa menyebabkan kelainan pada bentuk sperma adalah:
- Usia lanjut
- Konsumsi alkohol yang berlebihan
- Penggunaan obat-obatan terlarang
- Kebiasaan merokok
- Paparan radiasi atau bahan kimia yang berbahaya
Kelainan sperma, baik dari segi jumlah, bentuk, maupun kemampuan geraknya, dapat mengganggu kesuburan pria. Untuk menurunkan risiko terjadinya kelainan pada sperma dan meningkatkan kualitas sperma, Anda perlu menerapkan gaya hidup yang sehat, seperti rutin berolahraga dan mengonsumsi makanan bernutrisi.
Penelitian menunjukkan bahwa mencukupi asupan antioksidan, seperti vitamin C dan beta karoten, dapat membantu menjaga kesehatan sperma. Antioksidan ini banyak terdapat pada sayur dan buah.
Bila Anda telah melakukan hubungan seksual secara rutin selama 1 tahun namun belum berhasil memiliki anak sebaiknya Anda dan pasangan berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk mencari tahu penyebabnya, termasuk pemeriksaan air mani untuk mengetahui ada tidaknya kelainan sperma.